Dan sekarang disinilah aku.
Dalam ruang pengap berisi duapuluh-dua mahluk
bernyawa dengan sebatang bolpoint hitam dalam genggaman.
Klise-Klise itu mengayun dalam benak,
tak penting—hanya ingin kutuliskan saja, atau mungkin akanku taruh dalam dunia
yang tak pernah mati itu atau mungkin lagi
ini hanya akan menjadi rentetah diary buram dalam map jingga itu.
•••
Hanya seorang anak kecil yang sepertinya
mulai beranjak dewasa berbimbing waktu.
Anak kecil yang tidak pernah bisa
mempercayai seseorang barang 75% saja, yang memiliki banyak rahasia yang takkan
ia ungkapkan dengan gemblengnya.
Tidak menarikkan?
Anak kecil dengan ribuan juluk, yang kerap
menghirup debu penyesalan yang terbakar kelam selimut angkasa.
Ragu dalam kepolosan yang telah ia buat untuk menyembunyikan
puluh kelemahannya, mencoba memberikan yang terbaik, tapi toh itu tidak cukup huft—
•••
Memegang erat, mendekap hingga sesak itu
terasa dan akhirnya menyerah, ia lepas
Tersesat dalam kesalahan yang sama seperti
orang-lainnya. Kebohongan yang tersamar hanya membuatnya menjadi semakin ingin
sendiri, jadi ia lepas… membuka semua
kebohongan yang kian membuatnya menjadi serupa Lucifer. Tak benar-benar semua
sih… .
Karna ia muak memburu setelah segalanya
serasa membingungkan
Menggenggam hasrat, semua terasa lebih
jelas jika dipahami-kan?
Hancurkan semua Klise, mainkan semua
permainan yang belum ada. Tutup mata dan rasakan saja. Lihat saja apa yang
nyata dan penting. Tiup keapatisan.
•••
Apa yang baru saja kutuliskan eoh? Sedikit
yakin bahwa kalian tak paham tentang maksud tulisan diatas. Kkkk~ diary buram.
Ini adalah dengung aneh yang menyeruak dalam otak disaat seharusnya soal
Karawitan ini kubaca dan kerjakan dengan baik dan tenang layaknya anak anjing
kecil. Aku jadi sangat merindukan Comme des.
Jadi merindukan untaian tembang hangat
berjudul Graze, Hit me Baby, One for Me,
Dream Girl, Tie a Yellow Ribbon,juga Break Down. Ugh—kapan ujian ini
berakhir?